MOTIVASI KERJA
PADA ANGGOTA POLRI
Secara umum, motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut kamus bahasa Indonesia, Motif sebagai sebab-sebab yang menjadi
dorongan tindakan seseorang. Begitupun menurut Steers dan Porter (1983) yang berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang dapat
menimbulkan, mengarahkan dan memelihara atau mempertahankan perilaku yang
sesuai dengan lingkungannya. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan
pemuasan kebutuhan tertentu, dengan kata lain motivasi merupakan kesediaan
untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan
tetapi kesediaan mengerahkan usaha itu sangat tergantung pada kemampuan
seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Steers
dan Porter, mengindikasikan adanya
tiga komponen pokok dari motivasi yaitu:
a. Energizing (daya, kekuatan), sebuah
kekuatan atau tenaga dalam diri manusia yang dapat membangkitkan perilaku.
b. Direction (arah), orang mungkin
mengarahkan usaha mereka pada situasi tertentu dan bukan pada situasi lain.
Teori motivasi yang bagus sebaiknya menjelaskan mengapa pilihan-pilihan ini
dibuat.
c. Maintenance (keajegan), melibatkan pemeliharaan
terhadap beberapa tugas dan secepatnya mengakhiri tugas lainnya.
Oleh karena itu seseorang yang termotivasi, dapat
didefinisikan sebagai orang yang melaksanakan upaya substansial untuk menunjang
tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi tempat kerjanya.
Seorang yang tidak termotivasi, hanya memberi upaya minimum dalam bekerja. Motivasi merupakan aspek penting dalam
suatu organisasi, karena motivasi bersama-sama kemampuan (ability) dan
lingkungan akan mempengaruhi performan seseorang. Hubungan antara performan
(P), motivasi (M), kemampuan (ability/A),
dan lingkungan (environment/E) dapat
dirumuskan dengan P = f (M+A+E). Performan (P) yang tinggi akan diperoleh jika
individu mempunyai motivasi (M) untuk melakukan pekerjaan, mempunyai kemampuan
(A) melakukan pekerjaan, dan didukung oleh sarana yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan tersebut (E).
Nadler dan Lawler III (dalam Kolb, Rubin dan
Osland, 1991) menghubungkan motivasi dengan kerja, bahwa motivasi sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individu, oleh karena itu kebutuhan individu sesuai dan konsisten
dengan tujuan organisasi. Motivasi kerja sebagai
pendorong timbulnya semangat atau dorongan kerja. Sehingga kuat dan lemahnya
motivasi kerja seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya prestasi yang
diraih. Aktivitas karyawan dalam organisasi atau perusahaan
menuntut adanya motivasi kerja yang baik. Karyawan yang memiliki motivasi yang
baik akan menghasilkan kualitas dan produktifitas yang tinggi, serta efektifitas
organisasi dapat dicapai. Steers dan Porter menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja dapat dikelompokkan ke menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor individual, seperti sikap, minat,
dan kebutuhan-kebutuhan di tempat kerja.
b. Faktor pekerjaan, seperti tingkat
pengawasan terhadap jenis -jenis pekerjaan tertentu, dan tingkat tanggungjawab
pada pekerjaan tersebut.
c. Faktor situasi lingkungan kerja, tempat
individu bekerja berupa hubungan antar kelompok dan antar individu, iklim
organisasi, dan sistem pelatihan kerja (Steers dan Porter, 1983).
Menurut
teori Herzberg, motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang
untuk melaksanakan tugas yang membutuhkan keahlian dan peluang untuk
mengembangkan kemampuan. Dalam penelitiannya, Herzberg menemukan dua kelompok
faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi yang disebut teori
dua faktor. Pertama faktor hygiene,
apabila faktor-faktor tersebut tidak tersedia menyebabkan para karyawan merasa
tidak puas, berada diluar diri seseorang, dan berkaitan dengan keadaan
pekerjaan. Kedua faktor intrinsik disebut juga sebagai faktor-faktor motivator,
apabila faktor- faktor tersebut tersedia menimbulkan rasa puas, berada dalam
diri, dapat membangkitkan motivasi jika dikembangkan dan dikelola dengan baik,
faktor- faktor tersebut berkaitan dengan isi pekerjaan (Herzberg, dalam Schultz
dan Schultz, 1994). Lebih lanjut berdasarkan apa yang
telah ditemukan oleh Herzberg, dapat dijelaskan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kerja seseorang dalam suatu organisasi. Motivasi tersebut terbagi menjadi dua
bagian besar, yaitu :
a. Motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik
merupakan penghargaan dari dalam individu yang dirasakan individu ketika
melakukan pekerjaan dan pekerjaan tersebut mampu memberi kepuasan bagi individu. Motivasi intrinsik sebagai suatu dorongan yang ada dalam
diri individu, individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan
serangkaian pekerjaan. Motivasi intrinsik adalah
penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas. Ada
hubungan langsung antara kerja dan penghargaan artinya bila tugas telah selesai
dikerjakan maka dapat langsung dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri
seseorang. Menurut Campbell dan Pritchard (dalam Dunnette, 1976), faktor-faktor
motivasi intrinsik yang mempengaruhi motivasi kerja dari setiap karyawan ini
meliputi prestasi
(achievement),
penghargaan (recognition), tanggung
jawab (responsibility), kemajuan
advancement), perkembangan (development),
dan pekerjaan itu sendiri (the work it
self)
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu konsep tentang kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai hasil yang berasal dari luar diri. Menurut
Campbell dan Pritchard (dalam Dunnette, 1976) faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi
motivasi kerja dari setiap karyawan meliputi gaji (pay), pengawasan (technical
supervision), hubungan antar pribadi (the
human relation), kebijaksanaan dan administrasi (company policy and administration), kondisi kerja (working condition), dan keamanan kerja (job security).
Berkaitan dengan motivasi kerja anggota Polri, motivasi kerja
polisi pada dasarnya merupakan proses untuk memberikan dorongan terhadap anggota polri agar melakukan sesuatu dalam upaya mewujudkan
tujuan oraganisasi kepolisian. Motivasi kerja angota polisi adalah suatu faktor
yang mendorong anggota polisi untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk
melakukan kegiatan tertentu. Motivasi kerja yang baik dalam diri anggota kepolisian
diharapkan anggota kepolisian mampu untuk menjalankan fungsinya sebagai alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri ( UU No. 2 tahun 2002 pasal 5, dalam buku Kedudukan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2002).
Motivasi
kerja polisi adalah suatu dorongan terhadap anggota polisi baik yang berasal
dari dalam diri anggota polisi maupun dari luar, agar dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan visi organisasi kepolisian dan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tugas dan wewenangnya. Anggota Polisi yang
termotivasi akan memberikan upaya maksimum dalam bekerja. Motivasi kerja
anggota polisi merupakan suatu dorongan bagi anggota kepolisian baik yang berasal dari dalam diri anggota kepolisian itu sendiri
sebagi usaha untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya motivasi kerja yang ada pada diri setiap anggota polisi dapat
bersumber dari dalam diri polisi sendiri
(intrinsic motivation), akan tetapi
dapat pula bersumber dari luar diri
polisi tersebut (extrinsic motivation).
Bila diamati lebih lanjut, ada beberapa
perilaku maupun fakta-fakta dilapangan yang dinilai sebagai wujud dari
menurunnya motivasi kerja dari anggota Polri, antara lain :
a.
Adanya anggota yang sering datang terlambat.
b.
Adanya anggota yang tidak pernah apel pagi maupun siang.
c.
Sering anggota meminta
ijin keluar kantor pada saat jam dinas.
d.
Adanya anggota yang meninggalkan tugas dan hanya ada pada
saat apel saja.
e.
Lambatnya penuntasan beberapa kasus kriminal.
f.
Lambatnya penyelesaian surat-surat administrasi.
g.
Ada pemikiran bahwa anggota berdinas
hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban dinas semata.
h.
Kurang adanya keinginan anggota untuk
belajar ilmu baru maupun mempelajari pekerjaan yang sedang dihadapi dan hanya
menyerahkan kepada bawahan.
i.
Adanya sikap anggota yang cuek dan acuh tak acuh dengan situasi maupun kondisi yang ada.
Motivasi
erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, bisa berupa pengakuan
jati diri, kebutuhan sosial ataupun yang terkait dengan materi. Untuk itu perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan, baik pimpinan
tertinggi (Kapolres) ataupun (kapolsek) di bawahnya, agar dapat menumbuhkan
motivasi kerja bagi personilnya. Ada beberapa hal yang
bisa dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan motivasi kerja, yaitu :
1. Peran
Pemimpin / Atasan
Ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna.
Ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna.
a. Bersikap
Keras
Dengan
memberikan ancaman atau paksaan kepada anggota untuk bekerja keras ada kalanya
perlu dilakukan. Pada umumnya, bila tenaga kerja mengharkat tinggi nilai taat
kepada atasan, maka ia akan melakukan pekerjaan sebagai kewajiban dan tidak
karena paksaan, dan performance akan bagus. Jika tenaga kerja memberi harkat
yang tinggi pada nilai kemandirian dan merasa telah memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan, maka ia akan merasakan pekerjaan sebagai suatu paksaan.
b.
Memberi Tujuan yang Bermakna.
Pada
dasarnya seorang pemimpin dan anggotanya perlu bekerja bersama-sama dan
dilandasi dengan tujuan yang bermakna, sesuai dengan kemampuan, yang dapat
dicapai melalui prestasi kerja yang tinggi. Atasan perlu mengenali
sasaran-sasaran yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat membantu
bawahan untuk mencapainya dengan demikian atasan memotivasi bawahannya.
2.
Peran Diri Sendiri.
Dari
teori McGregor, orang-orang dari tipe tipe X memiliki motivasi kerja yang
bercorak reaktif sehingga memerlukan dorongan/paksaan untuk bekerja. Tenaga
kerja tipe X ini perlu diubah menjadi tenaga kerja tipe Y , yang memiliki
motivasi kerja yang proaktif. Mendorong tenaga kerja untuk pekerjaan bukan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gaji dengan sistem nilai
yang perlu di ubah.
3.
Peran Organisasi.
Berbagai
kebijakan dan peraturan perusahaan dapat menarik atau mendorong motivasi kerja
seorang tenaga kerja. Gugus Kendali Mutu (GKM= Quality Cirkles) merupakan satu
kebijakan yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang mendasari kegiatan
dan yang mengatur pertemuan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Kebijakan
lain yang berkaitan dengan motivasi kerja ialah kebijakan di bidang imbalan
keuangan.
Selain 3 peran diatas, Ada beberapa usaha lain yang bisa
dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi kerja anggotanya, terutama
dalam kaitannya dengan personel Polri, diantaranya adalah :
1.
Menempatkan personil Polri sesuai dengan kemampuannya (the right man in the right place).
Misalnya yang sudah melaksanakan
pendidikan Reserse, maka anggota tersebut di tempatkan di Satuan Reskrim,
begitu juga dengan fungsi-fungsi yang lain disesuaikan dengan kualifikasinya.
Sehingga anggota merasa nyaman dan enak serta memiliki motivasi dalam bekerja.
2.
Melaksanakan pendidikan dan latihan bagi personil.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk
peningkatan kualitas personil, sehingga personil tersebut merasa mampu dan
percaya diri dalam melaksanakan tugasnya.
3.
Mutasi yang bersifat promosi dan demosi.
Mutasi lebih sederhana dapat kita kenal
dengan pindah tugas. Secara umum mutasi adalah kegiatan personalia yang
berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status
personalia seseorang pada situasi tertentu dengan tujuan agar personil yang
bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan
prestasi kerja yang semaksimal mungkin.
4.
Pembinaan moral dan disiplin kerja.
Kegiatan pembinaan ini, diharapkan mampu
menumbuhkan kesadaran dan kecintaan para anggota terhadap pekerjaanya. Sehingga
perilaku anggota Polri dan tugas pokok yang dibebankan kepadanya, dilaksanakan
dengan keikhlasan, dan dengan kesadaran yang tinggi.
by. Andy Wasono