Sabtu, 25 April 2015

motivasi kerja pada anggota polri



MOTIVASI KERJA
PADA ANGGOTA POLRI


Secara umum, motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut kamus bahasa Indonesia, Motif sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang. Begitupun menurut Steers dan Porter (1983) yang berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu usaha yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan memelihara atau mempertahankan perilaku yang sesuai dengan lingkungannya. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu, dengan kata lain motivasi merupakan kesediaan untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi kesediaan mengerahkan usaha itu sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Steers dan Porter, mengindikasikan adanya tiga komponen pokok dari motivasi yaitu:
a.    Energizing (daya, kekuatan), sebuah kekuatan atau tenaga dalam diri manusia yang dapat membangkitkan perilaku.
b.  Direction (arah), orang mungkin mengarahkan usaha mereka pada situasi tertentu dan bukan pada situasi lain. Teori motivasi yang bagus sebaiknya menjelaskan mengapa pilihan-pilihan ini dibuat.
c. Maintenance (keajegan), melibatkan pemeliharaan terhadap beberapa tugas dan secepatnya mengakhiri tugas lainnya.
Oleh karena itu seseorang yang termotivasi, dapat didefinisikan sebagai orang yang melaksanakan upaya substansial untuk menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi tempat kerjanya. Seorang yang tidak termotivasi, hanya memberi upaya minimum dalam bekerja. Motivasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, karena motivasi bersama-sama kemampuan (ability) dan lingkungan akan mempengaruhi performan seseorang. Hubungan antara performan (P), motivasi (M), kemampuan (ability/A), dan lingkungan (environment/E) dapat dirumuskan dengan P = f (M+A+E). Performan (P) yang tinggi akan diperoleh jika individu mempunyai motivasi (M) untuk melakukan pekerjaan, mempunyai kemampuan (A) melakukan pekerjaan, dan didukung oleh sarana yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut (E).
Nadler dan Lawler III (dalam Kolb, Rubin dan Osland, 1991) menghubungkan motivasi dengan kerja, bahwa motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individu, oleh karena itu kebutuhan individu sesuai dan konsisten dengan tujuan organisasi. Motivasi kerja sebagai pendorong timbulnya semangat atau dorongan kerja. Sehingga kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih. Aktivitas karyawan dalam organisasi atau perusahaan menuntut adanya motivasi kerja yang baik. Karyawan yang memiliki motivasi yang baik akan menghasilkan kualitas dan produktifitas yang tinggi, serta efektifitas organisasi dapat dicapai. Steers dan Porter menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dapat dikelompokkan ke menjadi tiga, yaitu:
a.    Faktor individual, seperti sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan di tempat kerja.
b.    Faktor pekerjaan, seperti tingkat pengawasan terhadap jenis -jenis pekerjaan tertentu, dan tingkat tanggungjawab pada pekerjaan tersebut.
c.    Faktor situasi lingkungan kerja, tempat individu bekerja berupa hubungan antar kelompok dan antar individu, iklim organisasi, dan sistem pelatihan kerja (Steers dan Porter, 1983).
Menurut teori Herzberg, motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Dalam penelitiannya, Herzberg menemukan dua kelompok faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi yang disebut teori dua faktor. Pertama faktor hygiene, apabila faktor-faktor tersebut tidak tersedia menyebabkan para karyawan merasa tidak puas, berada diluar diri seseorang, dan berkaitan dengan keadaan pekerjaan. Kedua faktor intrinsik disebut juga sebagai faktor-faktor motivator, apabila faktor- faktor tersebut tersedia menimbulkan rasa puas, berada dalam diri, dapat membangkitkan motivasi jika dikembangkan dan dikelola dengan baik, faktor- faktor tersebut berkaitan dengan isi pekerjaan (Herzberg, dalam Schultz dan Schultz, 1994). Lebih lanjut berdasarkan apa yang telah ditemukan oleh Herzberg, dapat dijelaskan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam suatu organisasi. Motivasi tersebut terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
a.    Motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik merupakan penghargaan dari dalam individu yang dirasakan individu ketika melakukan pekerjaan dan pekerjaan tersebut mampu memberi kepuasan bagi individu. Motivasi intrinsik sebagai suatu dorongan yang ada dalam diri individu, individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan serangkaian pekerjaan. Motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas. Ada hubungan langsung antara kerja dan penghargaan artinya bila tugas telah selesai dikerjakan maka dapat langsung dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri seseorang. Menurut Campbell dan Pritchard (dalam Dunnette, 1976), faktor-faktor motivasi intrinsik yang mempengaruhi motivasi kerja dari setiap karyawan ini meliputi prestasi (achievement), penghargaan (recognition), tanggung jawab (responsibility), kemajuan advancement), perkembangan (development), dan pekerjaan itu sendiri (the work it self)
b.    Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu konsep tentang kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang berasal dari luar diri. Menurut Campbell dan Pritchard (dalam Dunnette, 1976) faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi kerja dari setiap karyawan meliputi gaji (pay), pengawasan (technical supervision), hubungan antar pribadi (the human relation), kebijaksanaan dan administrasi (company policy and administration), kondisi kerja (working condition), dan keamanan kerja (job security).
Berkaitan dengan motivasi kerja anggota Polri, motivasi kerja polisi pada dasarnya merupakan proses untuk memberikan dorongan terhadap anggota polri agar melakukan sesuatu dalam upaya mewujudkan tujuan oraganisasi kepolisian. Motivasi kerja angota polisi adalah suatu faktor yang mendorong anggota polisi untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan kegiatan tertentu. Motivasi kerja yang baik dalam diri anggota kepolisian diharapkan anggota kepolisian mampu untuk menjalankan fungsinya sebagai alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri ( UU No. 2 tahun 2002 pasal 5, dalam buku Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2002).
Motivasi kerja polisi adalah suatu dorongan terhadap anggota polisi baik yang berasal dari dalam diri anggota polisi maupun dari luar, agar dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan visi organisasi kepolisian dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tugas dan wewenangnya. Anggota Polisi yang termotivasi akan memberikan upaya maksimum dalam bekerja. Motivasi kerja anggota polisi merupakan suatu dorongan bagi anggota kepolisian baik yang berasal dari dalam diri anggota kepolisian itu sendiri sebagi usaha untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motivasi kerja yang ada pada diri setiap anggota polisi dapat bersumber dari dalam diri polisi  sendiri (intrinsic motivation), akan tetapi dapat pula bersumber dari luar  diri polisi tersebut (extrinsic motivation).
Bila diamati lebih lanjut, ada beberapa perilaku maupun fakta-fakta dilapangan yang dinilai sebagai wujud dari menurunnya motivasi kerja dari anggota Polri, antara lain :
a.    Adanya anggota yang sering datang terlambat.
b.    Adanya anggota yang tidak pernah apel pagi maupun siang.
c.    Sering anggota meminta ijin keluar kantor pada saat jam dinas.
d.    Adanya anggota yang meninggalkan tugas dan hanya ada pada saat apel saja.
e.    Lambatnya penuntasan beberapa kasus kriminal.
f.     Lambatnya penyelesaian surat-surat administrasi.
g.    Ada pemikiran bahwa anggota berdinas hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban dinas semata.
h.    Kurang adanya keinginan anggota untuk belajar ilmu baru maupun mempelajari pekerjaan yang sedang dihadapi dan hanya menyerahkan kepada bawahan.
i.      Adanya sikap anggota yang cuek dan acuh tak acuh dengan situasi maupun kondisi yang ada. 
Motivasi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, bisa berupa pengakuan jati diri, kebutuhan sosial ataupun yang terkait dengan materi. Untuk itu perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh pimpinan, baik pimpinan tertinggi (Kapolres) ataupun (kapolsek) di bawahnya, agar dapat menumbuhkan motivasi kerja bagi personilnya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam upaya untuk  meningkatkan motivasi kerja, yaitu :
1.    Peran Pemimpin / Atasan
Ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna.
a.    Bersikap Keras
Dengan memberikan ancaman atau paksaan kepada anggota untuk bekerja keras ada kalanya perlu dilakukan. Pada umumnya, bila tenaga kerja mengharkat tinggi nilai taat kepada atasan, maka ia akan melakukan pekerjaan sebagai kewajiban dan tidak karena paksaan, dan performance akan bagus. Jika tenaga kerja memberi harkat yang tinggi pada nilai kemandirian dan merasa telah memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan, maka ia akan merasakan pekerjaan sebagai suatu paksaan.
b.    Memberi Tujuan yang Bermakna.
Pada dasarnya seorang pemimpin dan anggotanya perlu bekerja bersama-sama dan dilandasi dengan tujuan yang bermakna, sesuai dengan kemampuan, yang dapat dicapai melalui prestasi kerja yang tinggi. Atasan perlu mengenali sasaran-sasaran yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat membantu bawahan untuk mencapainya dengan demikian atasan memotivasi bawahannya.
2.    Peran Diri Sendiri.
Dari teori McGregor, orang-orang dari tipe tipe X memiliki motivasi kerja yang bercorak reaktif sehingga memerlukan dorongan/paksaan untuk bekerja. Tenaga kerja tipe X ini perlu diubah menjadi tenaga kerja tipe Y , yang memiliki motivasi kerja yang proaktif. Mendorong tenaga kerja untuk pekerjaan bukan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gaji dengan sistem nilai yang perlu di ubah.
3.    Peran Organisasi.
Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat menarik atau mendorong motivasi kerja seorang tenaga kerja. Gugus Kendali Mutu (GKM= Quality Cirkles) merupakan satu kebijakan yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang mendasari kegiatan dan yang mengatur pertemuan pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Kebijakan lain yang berkaitan dengan motivasi kerja ialah kebijakan di bidang imbalan keuangan.

Selain 3 peran diatas, Ada beberapa usaha lain yang bisa dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi kerja anggotanya, terutama dalam kaitannya dengan personel Polri, diantaranya adalah :
1.    Menempatkan personil Polri sesuai dengan kemampuannya (the right man in the right place).
Misalnya yang sudah melaksanakan pendidikan Reserse, maka anggota tersebut di tempatkan di Satuan Reskrim, begitu juga dengan fungsi-fungsi yang lain disesuaikan dengan kualifikasinya. Sehingga anggota merasa nyaman dan enak serta memiliki motivasi dalam bekerja.
2.    Melaksanakan pendidikan dan latihan bagi personil.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk peningkatan kualitas personil, sehingga personil tersebut merasa mampu dan percaya diri dalam melaksanakan tugasnya.
3.    Mutasi yang bersifat promosi dan demosi.
Mutasi lebih sederhana dapat kita kenal dengan pindah tugas. Secara umum mutasi adalah kegiatan personalia yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab, dan status personalia seseorang pada situasi tertentu dengan tujuan agar personil yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin.
4.    Pembinaan moral dan disiplin kerja.
Kegiatan pembinaan ini, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran dan kecintaan para anggota terhadap pekerjaanya. Sehingga perilaku anggota Polri dan tugas pokok yang dibebankan kepadanya, dilaksanakan dengan keikhlasan, dan dengan kesadaran yang tinggi.

by. Andy Wasono